Wednesday, September 28, 2016

GUYANG CEKATHAK

Post oleh : andi wahid | Rilis : 6:25 PM | Series :
GUYANG CEKATHAK

Deskripsi Tradisi Guyang Cekathak
Ketika memasuki musim kemarau atau mangsa ketiga, warga yang tinggal di daerah sekitar lereng pegunungan Muria menggelar Tradisi Guyang Cekhatak. Tradisi itu dilakukan menurut perhitungan Jawa, yaitu mangsa ketiga dimulai pada 25 Agustus sampai dengan 24 september. Untuk upacara tradisi ini biasanya dilakukan pada hari Jum’ah Wage bulan September, atau yang penting pada hari Jum’at Wage mongso ketigo. Dimana Guyang Cekathak merupakan ritual memohon agar turun hujan. Tradisi ini juga termasuk salah satu kearifan lokal  untuk melestarikan alam di kawasan lereng Gunung Muria. Guyang atau lebih mudah diucapkan ngguyang yang berarti memandikan, dan Cekathak sendiri disini merupakan pelana kuda yang terbuat dari kayu. Tradisi ini mulanya sudah dilakukan rutin pada masa Sunan Muria dulu. Guyang Cekathak ini dilakukan oleh warga sekitar Muria. Dengan dibawanya Cekathak dari  komplek Masjid Muria menuju mata air Sendang Rejoso. Yang nantinya Cekathak (pelana kuda) tadi akan dimandikan disana. Menurut cerita turun temurun orang-orang disana, Sendang Rejoso merupakan tempat wudhu Sunan Muria, karena lokasinya yang memang tidak jauh dari sana.
Tradisi ini semula dilakukan untuk mengajak masyarakat sekitar Gunung Muria untuk melestarikan sumber air yang berada di kawasan Muria. Setelah dimandikan, air Sendang Rejoso kemudian dipercik-percikkan kepada warga sebagai ungkapan kebahagiaan bahwa Sendang yang menopang hidup Sunan Muria dan masyarakat sekitarnya masih tetap memancarkan air. Setelah prosesi pemandian usai, dilanjutkan dengan selamatan do’a bersama dan makan bersama dengan makanan khas daerah Muria, yaitu sayur-mayur yang dipadu dengan parutan kelapa, opor ayam, dan juga gulai kambing. Diakhir acara, secara bersama warga meminum dawet khas Kudus yang melambangkan harapan warga agar segera turu hujan. 
1.      Struktur Tradisi
a.      Bentuk Tradisi
Bentuk tradisi  “Guyang Cekathak” ini berbentuk ritual memandikan Cekathak(pelana kuda) dan dilanjutkan dengan selametan yang merupakan bentuk permohonan supaya diturunkan hujan.
b.      Perangkat –perangkat Tradisi
Perangkat yang digunakan dalam tradisi ini adalah Cekathak (pelana kuda) yang akan dimandikan, yang merupakan benda peninggalan Sunan Muria. Selain itu dawet khas kudus yang melambangkan harapan warga agar segera turun hujan.
c.       Pelaksanaan Tradisi
Tradisi “Guyang Cekathak” dilaksanakan setiap musim kemarau atau “mongso ketigo” dilakukan pada hari Jum’ah Wage bulan September, atau yang penting pada hari Jum’at Wage mongso ketigo, dengan membawa Cekathak dari komplek Masjid Muria menuju Sendang Rejoso dan diiringi oleh semua warga yang mengikuti. Cekathak dimandikan di Sendang Rejoso dan kemudian dilanjutkan dengan selametan do’a bersama dan makan bersama, yang diakhiri dengan meminum dawet khas Kudus yang melambangkan harapan warga supaya segera turun hujan.
d.      Pelaku Tradisi
Tradisi ini dilakukan oleh sesepuh desa, petugas penjaga Makam Sunan Muria, beserta warga sekitar lereng Gunung Muria.
e.      Ujaran
Ujaran atau tuturan yang digunakan adalah semacam do’a yang bertujuan supaya turun hujan dan mendapat keselamatan dari Tuhan yang Maha Esa.
2.      Fungsi Tradisi
a.      Fungsi Sosial
Fungsi sosial dari Tradisi ini adalah untuk mempererat tali persaudaraan antara warga desa, yang semula belum kenal menjadi kenal dan saling berkerabat.
b.      Fungsi Religi
Fungsi religi dari tradisi ini adalah untuk menghormati para leluhur terdahulu, dan juga permohonan agar turun hujan.
3.      Makna Simbolik
a.      Makna Perilaku
Ø  Memandikan Cekathak, bertujuan agar turun hujan dimusim kemarau, supaya tidak terjadi kekeringan.
Ø  Memercik-mercikkan air Sendang yang digunakan untuk memandikanCekathak, sebagai ungkapan kebahagiaan warga, karena sendang yang menopang hidup Sunan Muria dan masyarakat sekitar Muria masih memancarkan air.
Ø  Minum dawet diakhir prosesi, menunjukkan harapan warga agar segera turun hujan.
b.      Makna Kebendaan
Ø  Cekathak yang digunakan dalam ritual sebagai sarana media untuk memohon supaya turun hujan.
c.       Makna Ujaran
Ø  Doa-doa yang diucapkan bertujuan untuk memohon turunnya hujan dan meminta keselamatan kepada Tuhan yang Maha Esa.

google+

linkedin